secara in vivo simvastatin akan dihidrolisa menjadi metabolit aktif
mekanisme kerja metabolit tersebut adalah menghambat kerja 3-hidroksi-3-metilglutaril koenzim A reduktase (HMG Co-A reduktase) dimana enzim ini mengkatalisa perubahan HMG Co-A menjadi asam mevalonat yang merupakan langkah awal dari sintesakolesterol
hiperkolesterolemia : menurunkan kadar kolesterol total dan LDL pada hiperkolesterolemia primer (tipe IIa dan IIb)
Sebelum memulai terapi dengan simvastatin, singkirkan dahulu penyebab hiperkolesterolemia sekunder dan lakukan pengukuran profil kolesterol total, kolesterol HDL dan trigliserida. Penyebab hiperkolesterolemia sekunder antara lain :
Pasien harus melakukan diet pengurangan kolesterol sebelum dan selama pengobatan :
dosis awal 1 x 5-10 mg sehari pada malam hari; dosis awal hiperkolesterolemia ringan sampai sedang 1 x 5 mg sehari pada malam hari; interval pengaturan dosis dilakukan minimal dalam 4 minggu sampai dosis maksimal 1 x 40 mg sehari pada malam hari; pengukuran kadar lipid dibuat minimal dalam 4 minggu dan dosis disesuaikan dengan respon penderita
perlu pengurangan dosis bila kadar kolesterol LDL dibawah 75 mg/dl (1,94 mmol/L) atau kadar kolesterol total plasma dibawah 140 mg/dl (3,6 mmol/L)
tidak diperlukan penyesuaian dosis pada gangguan fungsi ginjal karena simvastatin tidak diekskresi melalui ginjal secara bermakna; namun hati-hati pada insufisiensi ginjal parah dimana dosis awal 1 x 5 mg sehari dan harus dipantau ketat
harus lakukan pemeriksaan kolesterol secara periodik selama terapi
harus lakukan pemeriksaan kadar transaminase pada pasien yang mengalami peningkatan kadar serum transaminase; segera hentikan pengobatan jika kadar transaminase mengalami peningkatan yang menetap hingga 3 kali batas normal atas
dianjurkan untuk melakukan tes fungsi hati sebelum pengobatan dimulai, 6 dan 12 minggu setelah pengobatan pertama lalu secara periodik (misalnya secara semianual)
hati-hati pada alkoholisme dan/atau riwayat penyakit hati
dianjurkan untuk melakukan tes laboratorium secara periodik setiap 3 bulan pada penggunaan jangka panjang untuk menentukan pengobatan selanjutnya
harus hentikan sementara atau tidak lanjut pada miopati akut dan parah atau pada risikogagal ginjal sekunder karena rabdomiolisis atau terjadi kenaikan creatinin phosphokinase (CPK)
segera beritahu dokter bila terjadi nyeri otot yang tidak jelas, otot terasa lemas dan lemah
tidak efektif pada homozygous familial hiperkolesterolemia
belum pasti keamanan dan efektivitas pada anak-anak dan remaja
immunosupresan, itrakonazol, gemfibrozil, niasin dan eritromisin : dapat meningkatkan gangguan otot skelet (rabdomiolisis dan miopati)
antikoagulan kumarin : dapat memperpanjang waktu protrombin
antipirin, propanolol, digoksin
Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) 2013. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013.