Patofisiologi
infiltrat apendikularis merupakan tahap patologi apendisitis, dimulai dari
selaput lendir
lalu melibatkan seluruh lapisan dinding apendiks vermiformis dalam 24-48 jam pertama; untuk membatasi proses
radang sebagai usaha pertahanan tubuh maka apendiks vermiformis dapat tertutup oleh omentum,
usus halus atau adneksa sehingga terbentuk massa periapendikular.
massa periapendikular mengandung
nekrosis
jaringan berupa
abses yang dapat mengalami
perforasi dan gangren biasanya terjadi dalam 24-36 jam; jika tidak terbentuk abses maka apendisitis akut akan sembuh dan massa periapendikular menjadi tenang lalu terurai secara lambat.
usia
anak
mudah terjadi perforasi karena omentum lebih pendek, apendiks vermiformis lebih panjang, dinding apendiks vermiformis lebih tipis dan daya tahan tubuh yang masih kurang sedangkan orang tua mudah terjadi perforasi karena telah ada gangguan
pembuluh darah.
bila
sekresi
mukus berlanjut maka tekanan akan terus meningkat lalu menyebabkan obstruksi
vena,
edema bertambah dan
bakteri akan menembus dinding kemudian
peradangan timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan
nyeri abdomen bawah bagian kanan (disebut apendisitis akut supuratif).
bila
arteri
terganggu maka terjadi infark dinding apendiks vermiformis kemudian terbentuk gangren (disebut apendisitis gangrenosa); bila dinding yang telah rapuh itu pecah maka terjadi apendisitis perforasi; bila semua proses diatas berjalan lambat maka omentum &
usus yang berdekatan bergerak ke arah apendiks vermiformis hingga timbul suatu massa lokal (disebut infiltrate apendikularis); peradangan apendiks vermiformis tersebut dapat menjadi
abses atau menghilang.
bila letak apendiks vermiformis retrosekal (diantara
sekum dan
otot psoas) diluar rongga
perut
sehingga terlindungi sekum maka
nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada rangsangan peritoneal tetapi nyeri perut lebih ke sisi lateral pinggang atau timbul saat berjalan karena
kontraksi otot psoas mayor yang menegang dari dorsal.
bila letak apendiks vermiformis di rongga pelvis maka dapat menimbulkan
gejala &
tanda penyakit
rangsangan sigmoid atau
rektum sehingga peristaltik meningkat, pengosongan rektum lebih cepat dan berulang-ulang; jika apendiks vermiformis menempel ke
kandung kemih maka frekuensi
kencing meningkat karena rangsangan dindingnya.
kadang
diagnosis
agak sulit sehingga telat penatalaksanaan & terjadi
komplikasi; gejala pada
anak tidak khas dimana awalnya hanya sering rewel & tidak mau makan, sering tidak bisa melukiskan rasa
nyerinya lalu dalam beberapa jam kemudian akan timbul
muntah-muntah,
lemah &
letargik sehingga sering baru diketahui setelah
perforasi (80-90% kasus pada
bayi).
gejala
pada lansia juga sering samar-samar sehingga lebih dari separuh baru dapat didiagnosis setelah perforasi; keluhan utama apendisitis akut pada
kehamilan adalah
nyeri perut,
mual &
muntah sedangkan kehamilan trimester pertama mual & muntah;
sekum &
apendiks vermiformis terdorong ke kraniolateral pada kehamilan lanjut sehingga keluhan tidak dirasakan di
perut bawah bagian kanan tetapi lebih ke
abdomen regio lumbal kanan.
- dapat ditemukan hematuria dan proteinuria pada urinalisis karena iritasi pada ureter akibat apendiks vermiformis terletak secara retrosekal.
- manifestasi klinis bisa sangat sedikit ditemukan karena apendiks vermiformis terletak di pelvis sehingga harus dilakukan pemeriksaan rektal.