Home Klinik Kedokteran

Bronkitis

Edisi 0.5
Oleh : dr. Asep Subarkah, S. Ked.


Pengertian

Bronkitis adalah penyakit sistem pernapasan berupa peradangan pada dinding saluran bronkus karena infeksi (infeksi virus dan infeksi bakteri) atau non infeksi (iritasi dan alergi) dengan gejala utama demam dan batuk.
Sinonim : bronchitis | Kompetensi : 04 | Laporan Penyakit : 1402 | ICD X : J.21

Gambar Bronkitis

Bronkitis (physiomedicalclinic.com)



Penjelasan

Bronkitis berupa peradangan pada dinding saluran bronkus yang menyebabkan penyempitan saluran napas dan penambahan lendir (dahak).
Bronkitis karena infeksi virus sebagai penyebab terbanyak.
Bronkitis karena infeksi bakteri dengan manifestasi klinis berupa demam tetap tinggi dan sputum purulen (dahak berwarna kuning atau hijau).
Bronkitis karena non infeksi misalnya kebiasaan merokok dan paparan debu atau polusi.
Bronkitis dengan demam karena infeksi sedangkan tanpa demam karena non infeksi.
Bronkitis dengan batukGambar Batuk baik batuk kering maupun batuk berdahak. Keluhan batuk tidak memberat saat melakukan aktivitas fisik ataupun pada malam hari. Batuk sebagai respons tubuh untuk mengeluarkan lendir di saluran napas. Batuk berdahak dengan sputum berwarna putih jernih, kuning atau hijau.

Penyebab

Faktor Etiologi


Faktor Risiko


  • imunitas tubuh : daya tahan tubuh lemah misalnya karena menderita penyakit autoimun atau kanker.
  • kontak : kontak dekat dengan penderita penyakit saluran pernapasan misalnya pilek.
  • cuaca dingin
  • rokok : kebiasaan merokok (perokok aktif) atau sering terpapar asap rokok (perokok pasif).
  • zat kimia : sering terpapar zat-zat berbahaya misalnya debu, amonia & klorin.
  • usia : berusia dibawah 5 tahun (balita) atau lebih dari 40 tahun.
  • vaksin : tidak mendapatkan vaksin influenza atau pneumonia.
  • penyakit : menderita kondisi lain seperti penyakit refluks asam lambung (GERD).

Bronkitis Pada Penyakit


Jenis

  • bronkitis iritatif
  • bronkitis kataral

Patofisiologi

  • peradangan : peradangan menyebabkan penyempitan saluran napas dan penambahan lendir (dahak).
  • dahak : pengumpulan dahak karena respons sistem kekebalan tubuh dalam menangkap zat infeksi dan zat non infeksi penyebab bronkitis.
  • sesak napas : pengumpulan sputum di bronkus lama kelamaan akan menyumbat saluran napas sehingga menimbulkan gejala sesak napas.
  • batuk : batuk sebagai respons tubuh untuk mengeluarkan lendir di saluran napas.
sputumGambar Sputum : batuk produktif dengan sputum berwarna putih atau jernih; batuk pada bronkitis awalnya tanpa dahak lalu akan berubah menjadi batuk berdahak dalam beberapa hari kemudian; warna dahak awalnya putih kemudian menjadi kuning hingga kehijauan; dahak timbul perlahan-lahan kemudian semakin bertambah banyak.
  • demam : demam tetap tinggi biasanya terjadi pada bronkitis karena infeksi bakteri.
  • gawat darurat : kondisi gawat darurat pada bronkitis jarang terjadi.
  • demam tifoid : memiliki gambaran bronkitis kataral pada minggu pertama.

Gejala

  • batuk : sering batuk kurang dari 30 hari; batuk tidak memberat saat melakukan aktivitas fisik ataupun pada malam hari.
  • batuk produktif : batuk produktif dengan sputum berwarna putih atau jernih.
  • demam : kadang tanpa demam, biasanya demam ringan dan dapat berubah menjadi demam tinggi.
  • menggigil
  • lemas
  • sakit kepala
  • sakit tenggorokan (tidak selalu)
  • dispnue : sesak napas (tidak selalu)
  • napas berbunyi
  • chest pain : dada terasa sakit ketika batuk (tidak selalu) pada kasus parah
  • tidak ada riwayat penyakit respirasi kronik

Diagnosis

  • anamnesis
    o gejala
    o faktor risiko
    o usia : semua usia
  • pemeriksaan fisik
    o pemeriksaan tanda vital
    o pemeriksaan respirasi
  • pemeriksaan penunjang
    o pemeriksaan laboratorium
    o pemeriksaan toraks : foto rontgen dada

Pemeriksaan Tanda Vital


  • pernapasan : frekuensi pernapasan dapat normal atau meningkat.
  • nadi : denyut nadi dapat normal atau meningkat.
  • oksigen : saturasi oksigen bisa normal atau berkurang.

Pemeriksaan Respirasi


  • ronkhi kering
  • bunyi mengi/wheezing (tidak selalu).
  • peningkatan gejala respirasi yang berat merupakan tanda pneumonia.

Pemeriksaan Laboratorium


  • analisis gas darah : untuk mengetahui kadar oksigen dalam darah pasien.
  • tes darah : untuk mendeteksi tanda-tanda infeksi.
  • tes fungsi paru : untuk mendeteksi emfisema atau asma, dengan meminta pasien menghirup dan menghembuskan napas di spirometer.
  • pemeriksaan dahak : untuk mengidentifikasi jenis bakteri penyebab bronkitis.

Foto Rontgen


  • untuk melihat kondisi jantung dan paru pasien.
  • umumnya masih dalam batas normal
  • peningkatan corakan bronkus

Gawat Darurat

Penatalaksanaan

  • minum air putih 8–12 gelas per hari
  • beristirahat yang cukup
  • menghirup uap air hangat untuk meredakan batuk dan mengencerkan lendir di saluran pernapasan agar lebih mudah dibuang.
  • menghindari asap rokok dan tidak merokok.
  • memakai masker saat beraktivitas di luar rumah untuk menghindari paparan zat berbahaya.
  • lakukan observasi dan berikan obat simptomatik bila keadaan umum baik tanpa bunyi mengi pada pemeriksaan respirasi.
  • berikan short acting beta agonists (SABA) inhalasi dan obat simptomatik bila keadaan umum baik dengan bunyi mengi.
  • berikan short acting beta agonists (SABA) inhalasi dan antibiotik bila batuk menetap lebih 30 hari, tidak respon terhadap pengobatan dan sputum menjadi purulen.
  • obat batuk berdahak :
    o ekspektoran
    o mukolitik
  • antibiotik : berikan antibiotik pada bronkitis karena infeksi bakteri dengan dahak purulen (berwarna kuning atau hijau), demam tetap tinggi dan kepada penderita dengan riwayat penyakit infeksi paru-paru.
  • bronkodilator : untuk mengatasi sesak napas dengan memperlebar pipa saluran pernapasan.
  • gawat darurat : bila mengalami gawat darurat misalnya ada tanda obstruksi jalan napas maka segera rujuk pasien.

Dextromethorphan


  • dosis dewasa : 15 - 30 mg per oral, maksimal 120 mg per hari.
  • dosis anak berusia 6 - 12 tahun : 5 - 15 mg per oral, maksimal 60 mg per hari.
  • dosis anak berusia 2 - 6 tahun : 2,5 - 7,5 mg per oral, maksimal 30 mg per hari.
  • frekuensi : 3 - 4 kali sehari.
  • berikan selama 5 hari.
  • hati-hati pada anak berusia dibawah 6 tahun.
  • tidak diberikan pada penderita asma bronkial dan PPOK.

Codein


  • dosis dewasa : 10 - 20 mg per oral, maksimal 120 mg per hari.
  • dosis anak berusia 6 - 12 tahun : 5 - 10 mg per oral, maksimal 60 mg per hari.
  • dosis anak berusia 2 - 6 tahun : 2,5 - 5 mg per oral, maksimal 30 mg per hari.
  • frekuensi : 3 - 4 kali sehari.
  • berikan selama 5 hari.
  • hati-hati pada anak berusia dibawah 6 tahun.
  • tidak diberikan pada penderita asma bronkial dan PPOK.

Gliseril Guaiakolat


  • dosis dewasa : 200 - 400 mg per oral, maksimal 2,4 gr per hari.
  • dosis anak berusia 6 - 12 tahun : 100 - 200 mg per oral, maksimal 1,2 gr per hari.
  • dosis anak berusia 2 - 6 tahun : 50 - 100 mg per oral, maksimal 600 mg per hari.
  • frekuensi : 3 - 4 kali sehari.
  • berikan selama 5 hari.
  • hati-hati pada anak berusia dibawah 6 tahun.

Bromhexine


  • dosis dewasa : 8 mg per oral.
  • dosis anak berusia 6 - 12 tahun : 4 mg per oral.
  • dosis anak berusia 2 - 6 tahun : 4 mg per oral.
  • frekuensi : 3 kali sehari (> 6 tahun) dan 2 kali sehari (2 - 6 tahun).
  • berikan selama 5 hari.
  • hati-hati pada anak berusia dibawah 6 tahun.

Ambroxol


  • dosis dewasa : 30 mg per oral, maksimal 120 mg per hari.
  • dosis anak berusia 6 - 12 tahun : 15 mg per oral.
  • dosis anak berusia 2 - 6 tahun : 7,5 mg per oral.
  • frekuensi : 2 - 3 kali sehari.
  • berikan selama 5 hari.
  • hati-hati pada anak berusia dibawah 6 tahun.

Paracetamol


  • untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada penderita dewasa bisa diberikan asetosal atau parasetamol; kepada anak-anak sebaiknya hanya diberikan parasetamol
  • dosis dewasa : 500 - 1000 mg per oral, maksimal 4000 mg per hari.
  • dosis anak berusia 6 - 12 tahun : 10 - 15 mg/kgbb per oral, maksimal 2000 mg per hari.
  • dosis anak berusia < 6 tahun : 10 - 15 mg/kgbb per oral, maksimal 1000 mg per hari.
  • frekuensi : 3 - 4 kali sehari.
  • hati-hati pada penyakit hati.

Salbutamol


  • dosis dewasa : 2 - 4 mg/kali, maksimal 32 mg per hari.
  • dosis anak berusia 6 - 12 tahun : 2 mg/kali, maksimal 24 mg per hari.
  • dosis anak berusia < 6 tahun : 0,3 mg/kgbb/hari, maksimal 6 mg per hari.
  • frekuensi : 3 - 4 kali sehari.

Azithromycin


  • dosis dewasa : 500 mg/hari.
  • dosis anak berusia 6 - 12 tahun : 10 mg/kgbb/hari.
  • dosis anak berusia < 6 tahun : 5 mg/kgbb/hari.
  • frekuensi : 1 kali sehari.
  • berikan selama 3 hari.

Eritromisin


  • dosis dewasa : 250 - 500 mg per oral.
  • dosis anak berusia < 12 tahun : 30 - 50 mg/kgbb/oral; maksimal 2 gr/hari.
  • frekuensi : 3 - 4 kali sehari.
  • berikan selama 5 hari.

Cotrimoxazole


  • dosis dewasa : 160/800 mg per oral.
  • dosis anak berusia 6 - 12 tahun : 80/400 mg per oral.
  • dosis anak berusia < 6 tahun : 40/200 mg per oral.
  • frekuensi : 2 kali sehari.
  • berikan selama 7 - 14 hari.

Monitoring

  • bronkitis dapat sembuh dalam beberapa minggu sehingga biasanya monitoring jarang diperlukan.
  • lakukan evaluasi kemungkinan adanya penyakit kronis (seperti asma, GERD, PPOK, infeksi TB, dll.) pada pasien yang masih memberikan sisa gejala.

Komplikasi

Diagnosis Banding

  • pneumonia :
    o demam lebih tinggi
    o pemeriksaan respirasi : ronkhi basah
    o pemeriksaan foto toraks : ada infiltrat
  • pertusis :
    o batuk lama & berat
    o biasanya napas cepat & dalam (bunyi melengking/whoop)
  • influenza :
    o demam (sering)
    o batuk kering (sering)
    o nyeri otot (sering)
  • asma bronkial :
    o sesak selalu dipicu faktor pencetus
  • PPOK :
    o sesak kronik progresif
    o biasanya usia > 45 tahun
    o perokok
    o mengi (tidak selalu)
    o dada bentuk barrel chest (tidak selalu)
  • gagal jantung :
    o dyspnoea
    o edema perifer
    o peningkatan vena jugularis
    o pemeriksaan respirasi : ronkhi basah
  • demam tifoid
  • tuberkulosis paru

Pencegahan

  • istirahat yang cukup, terutama bila terkena batuk, pilek atau demam.
  • hentikan kebiasaan merokok dan hindari menghirup asap rokok.
  • hindari keluar malam.
  • hindari penderita batuk dan pilek.
  • jaga kebersihan dan selalu mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setiap usai beraktivitas.
  • selalu memakai masker untuk menghindari paparan senyawa berbahaya dan polusi udara.
  • konsumsi makanan bergizi seimbang untuk meningkatkan imunitas.
  • hindari berbagi pakai barang pribadi, terutama peralatan makan dan minum, dengan orang lain.
  • konsumsi obat sesuai anjuran dari dokter.
  • lakukan vaksinasi flu dan pneumonia.

Referensi

  1. Dr. Med. Ahmad Ramali, K. St. Pamoentjak dan dr. Hendra T. Laksman. 1994. Kamus Kedokteran : Arti dan Keterangan Istilah. Cet. 19. Jakarta : Djambatan. Hal. 34.
  2. Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline Versi 1.5
  3. Departemen Kesehatan RI. 2007. Pedoman Pengobatan Dasar Di Puskesmas. Hal. 29-30.
  4. Dr. Daeng Muhammad Faqih, SH, MH, dkk. 2016. Panduan Tatalaksana 20 Kasus Non Spesialistik Di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. BPJS Kesehatan. Jakarta. Hal. 20-25.
  5. dr. Pittara. 2021. Bronkitis. alodokter.com. Akses 15 Oktober 2022.

ARTIKEL TERBARU


| Apendisitis | Kocher Sign | Sitkovsky Sign | Edema Mukosa | Blumberg Sign | Multivitamin | Ruam | Ruam Sekunder | Vitamin | Tuberkulosis Primer |


ARTIKEL FAVORIT


| Eksudat Fibrinosa | Vulnus Excoriatum | Neoplasma In Situ | Meteorismus | Ekstremitas Bawah | Eksudat | Krusta | Rectal Toucher | Sistem Retikuloendotelial | Kocher Sign |


SPONSOR



A | B | C | D | E | F | G | H | I | J | K | L | M | N | O | P | Q | R | S | T | U | V | W | X | Y | Z

Update 14/11/22